03.00 AM.
Entah engkau menyebutnya larut malam atau terlampau pagi.
Aku sampai pada kekecewaanku yang berkali
lipat. Aku tak pernah bisa melihat segala sesuatu dengan jernih saat jarak
antara aku dengannya begitu dekat. Mungkin, inilah jawaban atas kegelisahan
yang selama itu aku pertanyakan. Ini memang hanya masalah intensitas, dalam hal
apapun itu.
Aku pernah berpikir bahwa langkah yang aku
pilih adalah sebuah fase diplomatis antara aku dengannya, tanpa sedikit pun
bumbu romansa praktis. Aku tak pernah memihak pada dirinya, kecuali dengan
kondisi hanya ada dia dengan dirinya sendiri.
Dalam setiap kali pertemuan, aku selalu
meninggikan logika di atas segalanya, tetapi semakin aku bersembunyi dalam akal
pribadi, aku semakin menemukan bahwa kompisisi seorang wanita memang banyak
bernaung dalam naluri.
Sejatinya, memang segala kisah ada untuk
berjalan dengan baik ataupun ditujukan untuk suatu kebaikan. Namun, kisah ini
baik untuk siapa? Bahkan, untuk diriku sendiri sebenarnya kisah ini tak memberi
warna khusus yang membuat aku mempertahankannya tanpa peduli dengan apapun. Tak
lain, ini hanyalah penggalan baru dari fase lama, layaknya pintu yang belum
sempat tertutup rapat, kemudian terbuka dengan sendiri tanpa sang tamu nyatakan
permisi.
Berjalannya waktu, bagiku perasaan bukanlah ia
yang hanya memuaskan syahwat sesaat terhadap sosok pria atau semacamnya.
Perasaan itu seharusnya ada bak misi yang membangun visi yang kokoh, tetapi aku
merasa, aku tak sedang membangun apapun dengan siapapun. Apalagi jika di
seberang sana masih ada konstruksi lain yang mendistraksi.
Aku tak sedang apatis terhadap pihak lain. Aku
tak hanya ingin dipaksa atau bahkan dijebak mengingat luka yang sudah berhasil
aku obati sendiri dengan waktu yang tidak bisa ku hitung dengan jemari.
Aku adalah manusia biasa yang berhak bahagia.
Iya, berhak bahagia, bukan berhak bersamamu. Jika dengan tidak bersamamu aku
merasa bahagia, maka itulah logika yang sesungguhnya.
Logika dan perasaan bukan pertarungan yang
mengungsi dalam diri manusia. Keduanya utuh dalam porsi yang sama, sejajar
meski beda rupa.
Comments
Post a Comment