pada suatu waktu yang hanya berjarak sejengkal dari tangisku sekarang, ada harapan karam diterjang sebuah ambisi yang enggan berpulang. ia masih ingin berlayar meskipun lelahnya kian mengakar.
andai isi kepalaku tak berlomba memutar ketakutan, air pasang nan jauh di sana lantas tak membuatku segera sesak. aku bak seorang pengungsi di dalam diriku sendiri. aku ingin menelanjangi semua rambu, bersetubuh dengan belokan tajam, lalu menggenggam erat mimpiku pulang.
hari ini, aku memang masih punya ruang: untuk bersenang, mengenang. tapi tidak ada tenang yang bertaut di sana. titik-titik lengang seolah hanya huruf konsonan yang terpuruk kesepian.
aku sedang tidak berbicara tentang mematahkan ranting atau sekadar menyatukan puing dan bukan bagaimana nanti dinginnya kakiku sampai dalam pijakan terakhir. hebatnya, aku kerap menggusur takdir, pura-pura tak mau semuanya berakhir padahal telah lama berpapasan dengan akhir itu sendiri.
waktu tak pernah mengenal kata renta,
dan api di sana tak akan hangus dibasuh penantian.
berjalan,
- S.
Comments
Post a Comment