Kota ini menuntut cerita, tapi kita saling curiga. Bertahan pada alasan masing-masing tanpa pernah diungkap, menelusuri setiap sudutnya dengan skema di kepala: kadang terlalu lambat, tak jarang terlalu cepat.
Seribu alasan digali untuk menutupi bahwa sebenarnya kita tak pernah benar-benar menikmati. Kota ini yang terlalu sibuk atau hobi utama manusia di dalamnya adalah merajuk? Meski memang benar, untuk sekadar menunda sebentar, tak semua pihak punya hak. Berjalan seadanya jadi dirasa lebih lantang daripada tak bergerak ke mana-mana.
Biarlah kota ini bertumbuh apa adanya: menuang ketidakpastian tapi di saat yang sama juga mampu jadi tempat bernaung segala harapan. Sebab adanya kita dan apa-apa yang terjadi di kota ini bukan sebuah peristiwa karena telah hanyut dalam lautan kebetulan.
Kita sengaja ada untuk sengaja saling dihadirkan. Dan kita bebas berpesta di tengah rangkaian kesengajaan ini.
Barangkali, itulah cinta.
- S
Dari dulu begitulah cinta, deritanya tiada pernah berakhir
ReplyDelete