Apa yang dilakukan ibu di rumah dengan aku di Ibu Kota ternyata tidak jauh berbeda. Kami memiliki kegiatan yang sama, yaitu menjadi pendengar orang lain atas ceritanya. Kami tak pernah mengeluh dengan apa yang diceritakan oleh mereka, yang kami pun sebenarnya belum lama mengenalnya. Kernyit di dahi terkadang ada, tetapi anggaplah itu sebagai gurat kepedulian. Aku sebenarnya hampir bingung ketika satu per satu dari mereka menceritakan apa yang selama ini mereka alami, cerita besar di dalam hidupnya, atau bahkan aib sekalipun. Respon bingungku hanya berlangsung seketika dengan tidak mengurangi rasa hormat kepada mereka yang telah bersedia bercerita. Namun, aku kini tidak lagi bingung karena di depan teras rumahku, ku temukan percakapan sepasang ibu rumah tangga sedang bercengkrama. Pihak pertama dengan jelalatan mulutnya bercerita, sedang pihak kedua, menyiapkan telinga dengan apa adanya bagai sudah terbiasa dengan hadirnya. Tentu saja, pihak kedua itu adalah ibuku sendiri. Sua...
Memilih untuk menjelma menjadi tahu. Mungkin, kamu mau tahu.