Kita selalu pergi, tapi tidak pernah pulang. Jarak kita tidak pernah lebih, juga tidak pernah kurang.
Pikiranmu, pikiranku, jika sama sempitnya, maka sama luasnya.
Saling singgah sebentar, melebur apa yang dipendam. Dalam terik tanda tanya itu, kukira kau yang menaungi jawabnya. Bukan. Dan mungkin tidak akan.
Sama seperti yang silih-berganti, kau hanyalah transportasi untuk melatihku pergi.
Sementara jika kita masih di sini dan masih selalu pergi, semua akan sama seperti pertama kali: rasaku dibiarkan hidup, pun padam sendiri.
Selamat datang untuk nyala tanpa nyali yang dibuat mati berkali-kali,
- S
Comments
Post a Comment